Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2017

#30 : Halo, apa kabar?

Halo kamu, apa kabar? Lama ya kita tidak bertukar kabar Sepertinya juga sudah lama sekali tidak ada kabar darimu yang aku dengar Baik-baik saja kah kamu disana? Sedang sibuk apa? Berbahagia dengan duniamu ya? Semoga yah Teman-temanmu bagaimana? Masih tetap menyenangkankah? Pasti seru ya bisa tumbuh menua bersama Ayah ibu dan adik-adikmu bagaimana? Sehat-sehatkah mereka? Semoga selalu bahagia bersama ya Halo kamu, apa kabar? Tidak inginkah kamu meluangkan waktu sebentar Hanya untuk sekedar bertukar kabar Aku masih menunggu disini dengan sabar Menunggu angin meniupkan berita tentang kamu yang sudah lama tak terdengar --- 9 November 2017 Masih dengan sabar menunggu kabar

#29 : Kangen

"Aku kangen," ujarku kepada beberapa teman dekatku. Jelas pasti mereka langsung bertanya, kepada siapa rasa rindu yang tidak tahu waktu ini ku tujukan. Ku hanya diam. Pertanda bahwa seharusnya itu bukanlah pertanyaan yang perlu ku jawab, karena memang mereka sudah tentu tahu kepada siapa rindu ini tertuju. "Coba cari kesibukan, biar gak kepikiran," mereka masih berusaha memberiku saran. Aku hanya mampu mengiyakan, meski tahu itu pun terkadang juga tidaklah mempan. Ku coba untuk mencari cara, agar bisa terbebas dari rindu yang luar biasa. Tanpa perlu memberitahumu, tentunya. Teringat perkataanmu bahwa doa adalah obat paling tepat untuk segala macam jenis permasalahan. Ku coba memejamkan mataku sejenak, berusaha mengikuti saranmu. Berhasil. Mungkin. Atau lebih tepatnya sedikit berhasil? Ntahlah. Karena sesudahnya aku merasa bisa sedikit agak lega. --- Surabaya, 8 November 2017 Menutup hari dengan rasa rindu yang masih menggelayut di hati

#28 : Terimakasih

Selasa, 7 November 2017 --- "Gapapa lelah, yang penting jangan lupa buat terus berdoa yah." Ku baca pesan dari salah satu orang yang paling aku sayang. Pesan yang berusaha untuk membangkitkan semangatku hari ini. "Ya, ma." Singkat ku balas pesan itu. Dalam hati aku hanya bisa mengucap syukur, tanpa henti. Terlahir di lingkungan orang-orang yang tidak pernah lelah menyemangati. Ku coba mengingat lagi, sudah sejauh mana aku berlari. Mengingat orang-orang yang selalu ada dan tidak pernah pergi. Mencoba mengingat yang selalu datang menyemangati dan menemani. Terimakasih banyak. Untuk yang sudah datang dan tidak pernah pergi. Untuk yang selalu ada dan terus menyemangati. Sekali lagi, aku berjanji dalam hati, berusaha untuk memberi yang terbaik. Semoga doa yang kita panjatkan bersama tidak akan mengkhianati. --- Jakarta, pasca hujan di malam hari

#27 : Malam Ini

Malam ini, seharusnya aku sudah beres bersiap semenjak tadi. Tapi faktanya, lagi lagi sebagian dariku masih belum lah rela untuk mengangkatkan kaki. "Ayo kak," berkali sudah mamaku mengingatkan. Pun ntah sudah berapa kali juga aku hanya mengiyakan, tanpa beranjak dan melaksanakan. "Udah sejauh ini loh, inget lagi kenapa kemaren mau memulai semuanya," batinku mengingatkan diri sendiri. Dengan harapan bisa sedikit memotivasi diri ini. Ku langkahkan kakiku, bergegas mengambil air wudhu. Setelah ku tuntaskan kewajibanku, baru ku mulai yang seharusnya bisa sedari tadi selesai. Sambil kembali mengingat apa yang perlu dan wajib, memilah yang penting dan tidak. "Padahal cuma sebentar ya," batinku. "Udah enteng aja sekarang," masih dalam edisi berbicara pada diri sendiri. Malam ini aku kembali. Kembali meluruskan apa yang harus diupayakan. Karena lagi lagi aku teringat, ada banyak sekali yang sudah menunggu untuk dibahagiakan. Semoga aku berhasil me

#26 : Aku Rindu

"Aku rindu." Seketika aku mengetikkan pesan untuk lekas ku kirim, pada satu nama yang akhir akhir ini sering mengganggu hariku. Lekas ku cari namanya dalam daftar temanku. Tapi kemudian aku terdiam. Berpikir sejenak sembari menghela napas panjang. Berpikri ulang untuk mengurungkan niat mengirim pesannya. "Nanti malah ganggu," pikirku. Segera aku hapus lagi pesan yang sudah siap untuk dikirim tersebut. Menahan rasa yang sudah tidak tahu sejak kapan munculnya. Ku pejamkan mataku. Mencoba untuk perlahan mengeja namamu dalam diamku. Berharap ada sesuatu yang bisa sampai padamu meski tanpa ku beritahu. "Halo, aku rindu," begitu pesan yang ku terima darimu. Ntah bagaimana, cara ini bisa selalu berhasil untuk kita. Lucu memang, tapi aku bahagia. Tidak masuk akal mungkin, tapi biarlah aku tak peduli. --- 5 November 2017 Surabaya, dengan perasaan rindu yang menunggu untuk sebuah temu

#25 : Bawa Aku Pulang

" Karena perempuan hanya tentang dua hal; perasaan dan kepastian " --- Rupanya benar, aku tidaklah sekuat yang pernah kita kira Padahal ini belum setengah jalan, bahkan belum apa apa Tapi, rasanya aku sudah ingin menyerah saja Bagaimana bisa, seseorang menjadi kuat jika tidak ada yang menguatkan? Bukankah salah satu alasan penting seseorang tetap berdiri menghadapi terpaan ombak yang sangat kencang adalah karena ia tahu, bahwa ia tidaklah berjuang sendirian? Kemudian bagaimana jika ia bahkan tidak pernah mendengarkan pun merasakan dukungan untuk bertahan? Mungkin, melangkah mundur dan merapuh adalah satu satunya jalan "Aku titipkan melalui doa" katamu. Bahkan, aku pun tak merasakan hadirmu, atau mungkin jangan jangan memang bukan aku yang tertulis sebagai jawaban dari doa doa mu? Aku lelah. Boleh ya aku menyerah? Selamat berjuang, semoga engkau lekas tiba di rumah --- 4 November 2017 Malam hari, dalam perasaan tersesat dan tau arah pulang

#24 : Aku Harus Memilih

" Ada yang lebih menyedihkan daripada menunggu. Adalah mereka mereka yang saling menunggu tapi tidak saling tahu " --- Hari ini lagi lagi aku dibuat bimbang oleh suara suara sumbang dalam pikiranku sendiri Diam diam sebagian dari aku menghasut untuk pergi, tapi sebagian lagi menyuarakan agar tetap tinggal "Lepaskan, kalau memang dia kan pasti akan selalu menemukan jalan" bisik suara yang menyuruhku untuk pergi "Yakin mau pergi? Segini saja kah mampumu?" Sebagian dari aku yang masih ingin terus mempertahankan Sungguh, tidak ada yang lebih gambling dari menunggu. Tentang setiap keputusan yang diambil tanpa pernah tau resiko dari hasil akhir. Tentang kemana kaki ini akan melangkah dan menerka nerka setiap rasa yang ada Lalu sekarang aku harus bagaimana? Haruskah aku melangkah? Atau tetap diam disini saja? --- Surabaya, dalam kondisi merindukan yang tidak tahu kapan dapat dipertemukan

#23 : Surat Terbuka

Teruntuk satu nama yang tidak pernah membuat kecewa, Aku ingin berbicara, Tapi ku mohon berjanjilah, bahwa malam ini kita tidak boleh ada yang marah. Bagaimana? Aku hanya ingin menyampaikan apa yang memang seharusnya didengarkan. Tapi jangan lupa ya, tetap harus sesuai perjanjian. Setuju? Aku ini hanya tidak ingin menjadi durhaka, Apapun akan ku lakukan hanya demi melihat engkau menjadi bahagia, Karena aku tau, bahwa dengan begitu aku bisa dapat hadiah surga. Tapi, perbedaan jalan pikiran kita berdua kadang membuat itu semua menjadi sulit untuk terlaksana. Terlebih lagi seperti yang sudah kita alami beberapa hari terakhir. Aku hanya ingin bersuara, Memang, aku ini pandai mempertahankan apa yang sudah kuyakini ada, Bukankah begitu engkau mengajariku dahulu? Tapi, ketidak inginanmu untuk mengerti mauku kali ini, itu yang membuat aku sedikit bersedih. Teruntuk yang selalu menyebutku dalam setiap doanya, Ku mohon kali ini mengertilah, Ego kita hanya sedang tidak bisa menj

#22 : Untuk Kamu

" Karena terkadang kita hanya terlalu gelisah memikirkan hal yang belum tentu akan menjadi nyata " --- Ada hal yang seketika mengusik pikiranku sore ini. Dalam perjalanan menuju pulang, seketika bayanganmu muncul begitu saja, membawa semua kemungkinan yang bahkan belum tentu akan terjadi "Kamu cuma lagi kangen mungkin," ucapku pada diri sendiri. Terdiam aku. Hanya bisa menikmati sosokmu yang seketika muncul dalam ingatanku. Ya, mau bagaimana lagi. Segala jarak yang ada saat ini, membuat kita mau tidak mau harus mengalah. "Nanti, kalo udah ketemu lagi aku mau main main sepuasnya," batinku lagi. Belum sempat aku membayangkan keseruan antara pertemuan kita yang ntah kapan bisa menjadi nyata. Seketika pikiran lain datang seolah ingin merusak segala wujud bahagia. "Nanti....kalau misalkan......" ujarku dalam hati, tidak berani melanjutkan karena kemungkinan ini sungguh menakutkan untuk ku bayangkan saat ini. Aku memilih diam. Menikmati angin j